Peningkatan Kinerja Lampu TL (Fluorescent) pada Catu Daya dengan Regulasi Tegangan Buruk

Authors

  • Supriono Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik Unram
  • I Nyoman Wahyu Satiawan Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik Unram

:

https://doi.org/10.9744/jte.5.2.pp.%2059-66

Keywords:

fluorescent lamp, electromagnetic ballast transformer, power factor, switching frequency.

Abstract

Fluorescent lamp will shine perfectly if it applied on power supply matching with its rating for example 220 V, 50 Hz. Generally in rural (Indonesia) have poor regulation of power supply. Due to poor regulation in rural cause it hardly shines. Compare with incandescent lamp, fluorescent lamp have superiority. The present of electromagnetic ballast transformer at fluorescent lamp have effect poor power factor and increase power loss. The function of ballast transformer only just on starting time. Replacing ballast transformer with switching process on fluorescent lamp result both improving power factor and it can shine on poor power regulation of power supply. Increasing switching frequency result small inductor size. Inductor, using in switching frequency, makes high transient voltage so that its shines. Replacing ballast transformer by 800 Hz switching frequency result power factor 0,86 leading. If fluorescent lamp use ballast transformer, the power factor will be down until 0,4 lagging. If voltage of power supply 160 volt, fluorescent lamp by ballast transformer can not shine but by switching process (more 800 Hz) it shines perfectly. Abstract in Bahasa Indonesia : Lampu TL dapat menyala dengan baik apabila dicatu (dipasang) pada sumber tegangan yang sesuai dengan rating tegangan lampu TL tersebut, misal 220 volt, 50 Hz. Daerah Pedesaan (di Indonesia) pada umumnya sumber tegangan (listrik) memiliki regulasi tegangan yang buruk. Buruknya regulasi tegangan pedesaan mengakibatkan lampu TL sulit bahkan tidak dapat menyala. Lampu TL sebagai sumber penerangan memiliki beberapa keunggulan dibandingkan lampu pijar. Kehadiran trafo ballast pada lampu TL adalah merugikan. Trafo ballast berfungsi hanya pada saat start, setelah lampu TL menyala kehadiran trafo ballast mengakibatkan faktor daya menjadi rendah dan trafo ballast sendiri menyerap daya aktif. Menghilangkan ballast elektromagnetik dan menggantikan dengan proses switching pada lampu TL menghasilkan perbaikan faktor daya sekaligus lampu TL dapat menyala pada catu daya dengan regulasi tegangan yang sangat buruk. Frekuensi switching yang tinggi menghasilkan ukuran induktor yang kecil. Induktor dipergunakan pada proses switching untuk menghasilkan tegangan transient yang cukup untuk menyalakan lampu TL. Frekuensi Switching 800 Hz pada lampu TL sebagai penganti trafo ballast menghasilkan faktor daya 0,86 leading. Jika lampu TL mempergunakan trafo ballast maka faktor daya lampu TL tersebut 0,4 lagging. Lampu TL yang mempergunakan trafo ballast tidak dapat menyala pada kondisi tegangan 160 volt tetapi switching dengan frekuensi lebih besar dari 800 Hz menghasilkan lampu TL dapat menyala dengan sempurna pada kondisi tegangan 160 volt. Kata kunci: lampu TL, trafo ballast, faktor daya, frekuensi switching.

Downloads

Published

2005-09-14